Matahari beredar mengelilingi bumi. Ini yang kita simpulkan dari kajian surah Yasin berikut ini.
Tafsir Surah Yasin
Ayat 36-38
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ (36) وَآَيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ (37) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38)
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 36-38)
Pelajaran dari Ayat
- Kita diperintahkan menyucikan Allah dari segala kekurangan dan sifat-sifat aib, itulah makna dari ucapan subhanallah.
- Allah itu Esa dan berbeda dengan makhluk-Nya.
- Tidaklah ada makhluk melainkan ada pasangannya.
- Ada tanaman yang bermacam-macam di muka bumi atas kuasa Allah.
- Ada sifat manusia yang berbeda (punya pasangan), ada laki-laki dan perempuan, ada hitam dan putih, ada tinggi dan pendek, ada sengsara dan bahagia, ada yang cerdas dan ada yang bodoh. Ada sifat-sifat yang berbeda seperti itu pada manusia.
- Manusia tidak mengetahui segala sesuatu. Sebagaimana pula diterangkan dalam surat,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85)
- “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan”, di antara faedahnya bahwa malam itu berubah perlahan-lahan menjadi gelap.
- Asalnya dunia ini gelap, barulah gelap tadi diganti dengan siang.
- Terang itu berarti suatu nikmat karena sejatinya kita berada dalam kegelapan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat “maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan”.
- “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya”, matahari itu yang beredar mengelilingi bumi. Inilah yang dijelaskan secara tekstual dalam Al-Qur’an.
- Matahari suatu waktu akan berakhir peredarannya, sebagaimana makhluk lainnya juga akan punya waktu akhir.
- “Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”, Allah berarti yang mengatur matahari itu bergerak.
- Allah punya nama Al-‘Aziz dan Al-‘Alim, Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, artinya Allah yang menang atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu.
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya”, matahari itu yang beredar mengelilingi bumi. Inilah yang dijelaskan secara tekstual dalam Al-Qur’an.
Apakah bumi yang beredar mengelilingi matahari ataukah sebaliknya, nantikan dalam edisi selanjutnya dari Tafsir Surat Yasin.
Hikmah Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
Segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan dan ada hikmah di balik itu semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 59)
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, “Setiap makhluk itu berpasang-pasangan. Ada matahari dan bumi. Ada malam dan ada siang. Ada matahari dan ada rembulan. Ada daratan dan ada lautan. Ada terang dan ada gelap. Ada iman dan ada kafir. Ada kematian dan ada kehidupan. Ada kesengsaraan dan ada kebahagiaan. Ada surga dan ada neraka. Sampai pada hewan pun terdapat demikian. Ada juga jin dan ada manusia. Ada laki-laki dan ada perempuan. Ada pula berpasang-pasangan pada tanaman.”
Apa hikmahnya?
Ibnu Katsir rahimahullah melanjutkan,
ولهذا قال: { لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ } أي: لتعلموا أن الخالق واحدٌ لا شريك له
“Oleh karena itu Allah menyatakan ‘supaya Kami mengingat kebesaran Allah’, yaitu supaya kalian mengetahui bahwa Pencipta itu semua hanya satu, Dia tidak bersekutu dalam hal itu.”
Hal ini diutarakan pula Syaikh As-Sa’di dalam kitab tafsirnya bahwa setiap hewan dan juga manusia diciptakan berpasang-pasangan supaya manusia mau memikirkan nikmat yang telah Allah berikan padanya, yaitu memikirkan akan ketetapan ini. Hikmahnya adalah dengan berpasangan tersebut keberadaan makhluk tetap ada, karena akan tumbuh dan berkembang. Dari situlah diraih banyak manfaat.
Dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan pula bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan seperti adanya laki-laki dan perempuan. Ada pula langit dan ada bumi. Ada matahari dan ada rembulan. Ada kemudahan dan ada kesulitan. Ada musim panas dan ada musim dingin. Ada manis dan ada masam. Ada cahaya dan ada kegelapan. Hikmahnya, supaya diketahui bahwa yang menciptakan yang berpasang-pasangan itu hanya Rabb yang satu, sehingga Dia-lah yang pantas diibadahi.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
- Tafsir Al-Qur’an Al-Karim – Surat Yasin. Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.
- Tafsir Al-Jalalain. Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakr As-Suyuthi. Penerbit Darus Salam.
- Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman). Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
—
Disusun di Perpus Rumaysho, 4 Rajab 1439 H (21 Maret 2018), Rabu sore
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com